Translate This Blog

Sabtu, 07 Juli 2012

Jangan Tunduk pada Tindik



TEMPO Interaktif, Mario, 27 tahun, tak merasa sakit kala jarum tindik pertama kali menembus lidahnya. Semua karena dia terlampau asyik merealisasi hasrat fashion-nya. Itu terjadi empat tahun lalu di salah satu klinik piercingdi Blok M Plaza, Jakarta.
Tapi itu tindikan terakhirnya. Kini mahasiswa Trisakti itu punya dua tindikan. Satu tindikan lagi menghiasi telinganya. Pria itu bahkan berniat menambah tindikan di pinggir luar lengkung alisnya. "Itu nanti kalau sudah dapat kerja," tuturnya.
Tren tindik-menindik memang sudah jauh merambah ke bagian-bagian tubuh lain. Sayangnya, sebagian orang tak sadar bahwa tindakan menindik bagian tubuh bisa berisiko fatal. Apalagi jika hal itu dilakukan hanya atas nama mode dan pergaulan. Lalu ditambah banyak klinik nakal yang tidak memberikan pengobatan atau perawatan pencegah infeksi setelah tindik.
Belum lama ini para ahli menyatakan bahwa tindikan di lidah berisiko mengganggu fungsi otak. Jurnal Archives of Neurology seperti dilansir BBC melaporkan, seorang pria 22 tahun meninggal di rumah sakit setelah mengalami abses otak atau penumpukan nanah di otak.
Pemuda keturunan Israel itu meregang nyawa beberapa pekan setelah menindik lidahnya. Para dokter yang menangani kasus pria itu menyatakan tindikan di lidahnya menyebabkan infeksi dan menyebar di dalam aliran darah sampai ke otak.
Menurut dr Samino, SpS(K), spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tindikan di lidah bisa memberi stimulasi infeksi. "Sel-sel di lidah akan berubah dan kemungkinan terburuknya menjadi kanker," kata Samino kepada Tempo melalui telepon.
Dalam kasus keganasan (kanker) di lidah, Samino menjelaskan, itu adalah akibat dari perubahan epitel atau pelapis permukaan lidah. Sel-sel epitel ini berploriferasi atau diproduksi secara berlebihan tanpa diimbangi oleh kematian sel, sehingga sel-sel tersebut banyak berkembang.
Sementara itu, Profesor Damien Walmsley, ilmuwan dari British Dental Association, mengatakan para dokter gigi sebenarnya sadar terhadap masalah kesehatan akibat tindikan di daerah oral atau mulut. Walmsley menuturkan, ada banyak potensi komplikasi, dari rasa sakit, pembengkakan, hingga pengeroposan gigi.
Dokter gigi Departemen Kesehatan Puskesmas Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau, Gustantyo Wahyu Wibowo, menjelaskan, rasa sakit ini timbul karena ada rangsangan dari tindikan yang mengenai lidah.

Nah, rangsangan itu diterima reseptor ujung saraf bebas atau reseptor rasa sakit dari saraf Lingualis--salah satu dari tiga cabang saraf Trigeminus di otak. "Bisa juga tindikan di lidah ini membuat perubahan sensasi pengecapan rasa pada lidah," kata Wibowo kepadaTempo via telepon.
Menurut dokter lulusan Universitas Gadjah Mada ini, tindikan dianggap sebagai benda asing oleh lidah. Itu, kata dia, menyebabkan rusaknya reseptor rasa yang terdapat pada sensor-sensor papilla di lidah.
Sensor ini berfungsi menangkap sensasi rasa yang berbeda-beda, seperti manis, asam, asin, dan pahit. Belum lagi diperparah oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut orang dengan tindik di lidah ataupun area mulut lainnya.
Di lain kasus, seseorang yang ditindik pada alis juga memiliki risiko kesehatan. Dijelaskan Samino, di bawah kulit alis langsung ada saraf lima dan tujuh. Saraf lima ini untuk perasaan dan rasa nyeri, sedangkan saraf tujuh yang ada di otot muka berfungsi mengatur mimik wajah. "Kalau ini terganggu, menyebabkan kelainan wajah," katanya.
Idealnya, dalam menindik dibutuhkan peralatan steril seperti yang digunakan rumah sakit. Dalam prosesnya, sang piercer alias juru tindik memakai alat dari piercing needles-- jarum tindik dengan berbagai ukuran--hingga cairan antiseptik perawatan.
Semua itu, menurut juru tindik dari Banana Body Art, Bobi, sesuai dengan sertifikasi Indonesian Sub-Culture Club, sebuah organisasi seni tato dan tindik di Indonesia. Bobi juga biasa menanyakan beberapa hal penting kepada klien, seperti riwayat penyakit hepatitis, AIDS, atau kelainan darah. "Kalau mereka belum siap dan tidak jadi, ya, kita 'cut'," ujarnya.

Sejatinya, tak ada larangan menindik tubuh asal dilakukan oleh piercer profesional. Seni tindik ada baiknya berbanding lurus dengan kaidah-kaidah kedokteran. Orang harus berpikir dua kali sebelum menempatkan fashion sebagai prioritas di atas kesehatan. 
By : Uncle Bob